Cerita Inspirasi : Sekolah Hutan Kejora

Sekolah Hutan Kejora
Musim dingin sudah berlalu. Rerumputan hijau mulai menyembul ke atas permukaan tanah. Beberapa pohon bahkan sudah ada yang mulai menguncupkan bunganya. Ah... Udara pagi terasa makin segar. Suasana hutan lebih marak lagi karena kicau merdu Ran, si burung murai. Di tengah hutan, bu guru Liem telah siap bergegas menuju gerbang Sekolah Hutan. Ya, itu adalah sekolah anak-anak yang tinggal di hutan. Semua anak selalu rindu untuk mengikuti kegiatan sekolah. Sudah lama sekolah libur karena tertutup salju. Tapi salju telah mencair, sehingga sekolah dapat berfungsi kembali. 

Di hari pertama sekolah, setelah libur panjang musim dingin, Bu guru Liem harus datang lebih awal. Langkahnya sangat cepat. Ia membawa banyak sekali buku kosong dan pensil warna-warni. Hari ini, gajah abu-abu berbadan langsing itu memakai jepit kecil berwarna jingga. Bu guru Liem juga memakai sepatu barunya. Dengan langkahnya yang bergegas dan senyum yang tak pernah berhenti, bu guru Liem terlihat sangat cantik.

Di sekolah sudah ada teman bu guru Liem yang juga siap membantu anak-anak hutan untuk belajar. Ada pak Momo dan juga bu Yola. Hari ini mereka akan mengajak anak-anak untuk mengelilingi sekolah sambil berlari lalu menggambar apa saja yang mereka lihat nanti. Anak-anak pasti akan gembira

Tak lama kemudian anak-anak hutan meramaikan sekolah. Lova, Tino, Ben, Oce, Kiyi, Kerrin, Bastian, Ruby, juga lainnya. Benar saja, saat bu guru Liem, pak Momo, dan bu Yola mengajak mereka berlarian mengelilingi sekolah, anak-anak dengan gembira menyambut ajakan para guru. Mereka berlari dengan riang. Ada yang berlari sambil bernyanyi dan mengepakkan tangannya. Ada juga yang berlari sambil sesekali melompat, mencoba menggapai atap sekolah. Mereka sangat gembira.

Bu guru Liem tampak gembira tapi hatinya sedikit cemas. Oh, ternyata beliau mencemaskan sepatu barunya yang sedikit longgar di kaki. Itu sepatu pemberian bibi Mayer, tetangga bu guru Liem yang menyayanginya seperti anaknya sendiri. Bibi Mayer memang sangat baik pada bu guru Liem sampai-sampai bibi Mayer membuatkan bu guru Liem sepatu berwarna merah muda yang manis sekali. Tapi, sayang, ukurannya sedikit lebih besar dari kaki bu guru Liem.

Semua murid dan guru masih berlari dengan gembira. Sampai pada putaran terakhir, bu guru Liem kurang berhati-hati. Ia menginjak tanah basah yang licin. Sepatunya yang kebesaran itu langsung saja terlepas dan terlempar ke atas. Bu guru Liem akhirnya jatuh dan badannya terkena tanah yang masih basah itu. Sepatunya yang sebelah kanan tersangkut di atas Pinus, sedangkan yang sebelah kiri terlempar menerobos jendela kelas.

Seketika, suasana terasa mencengangkan tapi tiba-tiba...
"Hahahaha... Akhirnya aku bisa bermain tanah dan menerbangkan sepatuku..." Bu guru Liem tertawa gembira

"Ibu tidak sedih?" Tanya Oce, si hamster kecil berbulu lembut.

"Tidak! Ibu senang karena sepatu terbangku itu keren sekali!", seru Bu guru Liem riang.

Semua yang terkejut akan kejadian itu pun akhirnya ikut tertawa. Mereka kemudian membantu bu guru Liem mengambil sepatu-sepatunya. Setelah itu mereka menggambar apa saja yang mereka lihat saat berlari tadi. Semua gembira, walaupun badan bu guru Liem masih belepotan tanah.

Belajar di sekolah Hutan Kejora memang seru. Teman dan para guru selayaknya sahabat yang karib. Semua hal yang terjadi di sana selalu menjadi sesuatu yang keren dan menyenangkan.

No comments for "Cerita Inspirasi : Sekolah Hutan Kejora"